Prolog

544 30 4
                                    

Soerabaja, Januari 1939

pagi yang cerah untuk memulai hari, Hellenina begitu gadis belanda berambut pirang dengan panjang sepinggang dipanggil  tengah sibuk memilih pakaian untuk di pakainya sepanjang hari. Blouse kuning berbahan katun bermotif bunga dengan renda berbentuk hati mungkin akan bagus untuk cuaca yang akan terik nanti.

Hellenina kembali kehadapan cermin, menatap pantulan cantik dari wajah belandanya. Hidungnya mancung dengan mata biru yang bersinar. Bibirnya begitu sensual dengan senyuman kecil yang menyudut. Ia menggulung rambutnya dan memasang Cocktail hat berwarna merah dengan jaring-jaring hitam akan melindunginya dari matahari yang menyengat.

Siang ini tidak ada yang spesial, Hellenina hanya akan bertemu teman-temannya di sebuah tempat ramai kota surabaya. Mungkin ia akan duduk-duduk sembari bercerita menunggu sore.

Didapur ibunya tengah memasak dengan ditemani Friedericha kakak perempuannya. "goedemoregen allemaal" Sapa Hellenina dengan ceria.

Keluarah Veenhuis sudah lama menetap di Indonesia. Dr. Ralph Veenhuis adalah seorang dokter yang didatangkan langsunlangsung dari belanda untuk bertugas di Soerabajasche Zieken Verplegingdi dan tenaga pendidik di  Nederlandsch Indische Artenschool. Ibunya Margareth Laurent adalah anak seorang mantan Jenderal Governoor dari banyumas. Mereka menikah 26 tahun silam dan memiliki 4 anak. Eugine, Bryan, Friedericha,  Hellenina. Eugine dan Bryan memutuskan kembali ke belanda untuk melanjutkan study. Friedericha akan menikah awal tahun depan dan mungkin akan kembali ke belanda. Sedangkan Hellenina tidak tahu bagaimana nasibnya nanti.

Hampir separuh kehidupan keluarga Veenhuis ada di hindia belanda. Bahkan Hellenina tidak pernah menginjakkan kaki di tanah leluhurnya. Sebagai keluarga kesehatan, rumah keluarga Veenhuis tak pernah sepi dari pasien. Tidak hanya warga eropa yang datang, orang-orang Pribumi miskin-pun datang berobat kepada Dr. Ralph meskipun hanya membayar sesisir pisang.

Sikap dermawan keluarga Veenhuis yang juga membuat Hellenina bukan seperti orang belanda kebanyakan. Gadis berusia 18 tahun itu terlalu ramah untuk ukuran Nederlander yang terhormat. Nampak dari Logat Hellenina yang terdengar begitu Jauh dari logat belanda yang seharusnya. Ya, bahasa belanda dengan logat jawa yang sangat kental.

Hellenina bukanlah siswi yang pintar saat ia menempuh pendidikan di Hoogere Burger School, namun karena panggilan hatinya untuk mendidik maka jadilah ia seorang guru di Voolkschool. Meski bekerja dengan gaji kecil, namun kecintaannya pada anak-anak pribumi membuatnya mendapatkan kepuasan tersendiri. Ia yakin suatu hari nanti, lebih dari satu anak didiknya akan menjadi orang besar, orang yang nantinya akan membuat sejarah di hindia-belanda yang merdeka.

"Hellenina, Jij pulang jam berapa nanti?" Tanya Fredericha kepada adiknya.

Hellenina masih memasang sarung tangan berbahan satin dengan lace yang menawan. "Ik weet het niet (aku tidak tahu), ada apa memangnya?" Tanya Hellenina lagi.

"Er is een man yang menyampaikan salam cinta kepadamu." Beritahu Fredericha menggoda adiknya, Hellenina adalah gadis yang tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki. Bukan karena Hellenina tak laku ataupun ia lugu, hanya saja Hellenina tidak terlalu tertarik Nederlander Playboy yang sok berkuasa dan mungkin sudah beristri.

Ibunda Hellenina tersenyum. "Sore ini pulanglah lebih cepat, je vader akan kedatangan tamu. Mahasiswanya akan datang untuk merayakan kelulusan mereka." Frederika segera menangkap ekspresi Hellenina yang berubah memerah.

Yah, Hellenina begitu bersemangat apabila para mahasiswa itu datang berkunjung kerumah. Meskipun para mahasiswa didominasi oleh Nederlander berintelektual, hanya saja ada seorang  Inlander menawan yang ia tunggu kedatangannya.

±++++++++++++++++++++++++++++++

Hayoooo siapakah gerangan Inlander Menawan itu, gimana perwujutannya?? Penasaran gak??

Jangan lupa tinggalin bintang dan comment yah. Xoxo

Usai Fajar KemerdekaanWhere stories live. Discover now