7| The road, GPS, and Missed

426 46 11
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Ada sebuah kalimat yang pernah terlintas di beberapa sosial media, kira-kira bunyinya seperti ini ; We never know. We fall for someone we've never expected before.

Fadlan Danadyaksa merasakan kebenaran atas kalimat tersebut. Setelah mengantarkan Kaila pulang, detak jantung yang ia rasakan malah semakin kencang seolah ingin meledak di sana. Terlebih saat mendengar Kaila berpamitan dengan mengatakan "Makasih buat tumpangannya Kak, kalau sudah sampai rumah kabarin ya,"

Entah Kaila sadar atau tidak saat berucap tadi, tapi yang jelas kalimat tersebut bagaikan lucutan anak panah yang melesat tepat kesasaran. Masalahnya, Fadlan tidak memiliki nomor pribadi Kaila.

Bagaimana caranya mau memberikan kabar?

Fadlan tersenyum saat memori-memori kecil hari ini lewat di pikirannya. Sejak awal, Kaila memang sudah mencuri perhatiannya. Tidak terang-terangan tebar pesona seperti siswi yang lain, bahkan Fadlan mengamati Kaila yang mengabaikan momen sambutannya saat MOS kemarin dengan bikin kericuhan sendiri di tempatnya.

"Dari tadi senyum-senyum terus, Mas? Mikirin siapa kamu?" colekan di bahu menyadarkan Fadlan. Ayu— sang Mama membawakan cokelat hangat untuknya kemudian ikut duduk di balkon rumah.

"Mikirin cewek nih pasti. Siapa? Kok gak dikenalin ke Mama." goda Ayu.

Fadlan menyeruput cokelat hangatnya. "Siapa yang mikirin cewek, Ma?" elaknya.

"Habisnya dari pulang sekolah tadi senyum-senyum terus. Gak biasanya anak Mama yang sedingin kulkas 50 pintu ini kayak gini."

"Senyum itu ibadah. Masa Mama gak tau."

Ayu terkekeh. "Iya tau, masalahnya kamu selama ini jarang senyum sumringah gak karuan gini. Biasanya juga setiap balik sekolah mukanya kusut kayak baju yang belum disetrika." tembak Ayu.

"Perasaan Mama aja kali, Mas gak secuek itu," katanya membela diri.

"Fadlan.. Fadlan.. kamu itu sudah tinggal sama Mama sejak dari rahim. Ya kali Mama gak paham sama karakter kamu."

"Udah ah Ma, Mas mau ke kamar dulu. Ada tugas yang harus diselesaikan." pamitnya dengan mencium kening Ayu.

"Kapan-kapan diajak ke rumah ya, Mas! Mama sudah super kepo nih sama perempuan pertama yang bakal kamu bawa kesini." teriak Ayu membuat Fadlan menahan bibirnya agar tidak tersenyum.

Sedangkan di lain tempat, Kaila dan Sekar memasuki sebuah kedai es krim yang cukup populer belakangan ini. Setelah keduanya memesan es krim, mereka mengambil tempat duduk di pojok ruang.

"Jadi gimana first impression lo setelah dianter pulang tadi?" Sekar membuka suara.

Kaila melahap es krimnya. "Biasa aja."

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now