12| Time Flies So Fast

409 45 8
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

29 November 2017

Dari kecil, Kaila tidak bisa mengartikan makna dari figur seorang Ayah Kandung. Baik itu bentuk perhatian, cinta, kasih sayang, bahkan sampai rasa sebuah kekhawatiran dari sosok Ayah.

Kaila— kurang mengerti perasaan itu.

Kedua orang tuanya yang berpisah saat umurnya terbilang masih amat dini. Membuat memorial masa kecil pun tak begitu rapat tersimpan di ingatan.

Dulu ia sempat bertanya-tanya pada diri sendiri.

Bagaimana ya, rasanya dipeluk seorang Ayah?

Bagaimana ya, rasanya mendapat telfon berkali-kali dari Ayah saat sedang merasa khawatir?

Bagaimana dan bagaimana selalu saja muncul di kepalanya. Sampai pada akhirnya takdir membawanya bertemu dengan keluarga harmonis. Bambang— menjadi perantara atas penasaran itu. Kendatipun perasaan itu masih belum terbayarkan secara penuh.

Lalu. Satu waktu takdir membawanya bertemu dengan pria yang sembawa segudang perhatian. Memberikan perhatian-perhatian sederhana yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ternyata hal itu berhasil menciptakan kehangatan dalam diri Kaila.

Kaila nyaman.

Dia, Fadlan Danadyaksa.

Tak pernah sekalipun Kaila mengemis perhatian. Namun usaha pria tersebut berbicara. Dari menjemputnya sekolah. Mengajaknya ke tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi. Bahkan saat ia cedera, Fadlan secara sukarela menawarkan diri untuk menjadi teman check-up rutinnya ke rumah sakit.

Satu bulan lebih sudah berlalu dengan kondisi tangannya digips. Menurut dokter, hari ini adalah hari di mana gipsnya boleh dilepas. Mengingat cedera yang ia alami tidak terlalu parah, jadi proses penyembuhan pun tak perlu memakan waktu yang lama.

Aroma obat-obatan menyeruak di dalam bangunan megah ini.

"Sebelum dilepas, siniin deh tangannya."

Tubuh Kaila tak bergeming saat Fadlan bergerak mendekat. Pandangannya terpaku. Sampai jemari kekar tersebut berhasil mendarat di atas permukaan gips Kaila. Laki-laki itu mengeluarkan pulpen dari saku kemudian menuliskan sesuatu di atas sana.

(Terima kasih sudah melindungi tangan nona jutek ini. Jangan pernah mampir lagi, ya ^_^)

Fadlan menaikkan pandangan. Mempertemukan iris mata mereka. "Ups, sorry."

The Apple of My EyeWhere stories live. Discover now