Sakit

30 1 0
                                    

"Dia kemana sih? Kok gak ada? Jangan jangan dia sakit lagi gara gara kehujanan. Mana buku fisika gue ada di dia lagi. Tapi itu gak penting. Yang penting sekarang itu keadaan dia. Ah tapi gak mungkin kalau dia sampai sakit. gue aja kemarin lebih banyak kehujanan dari pada dia tapi aku sehat sehat aja. Tapi kenapa dia gak masuk hari ini? Sepulang sekolah tiba gue harus mencari Laurent." gumam seorang lelaki sedari tadi.

" Ren!" Panggilku dari kejauhan.

" Apa?" Sahutnya.

" Si...Kkkaa-yna masuk gak?" Tanyaku dengan terbata bata.

" Cie nanyain Kayna. Gak dia gak masuk." Jawabnya.

" Gak masuk? Kenapa?" Tanyaku panik.

" Gak tau tanya aja sendiri. Nih gue kasih kontak dia ke lo. Sekalian alamat rumahnya." Jawabnya sambil mengeluarkan kertas dan pulpen yang akhirnya dia berikan padaku.

" Ok, thakns." Jawabku yang berlari bergegas menuju rumahnya.

***

Huh, badan ku sangat terasa tak enak. Satu hari tidak masuk tidak begitu merugikan juga kan...

Ting!

HP ku berdering. Ada notifiksi baru yang ku dapatkan. Entahlah aku tidak mengetahui orangnya. Karena sepertinya aku belum save nomer ini. Aku membuka sumbernya. Aku menjadi beku seketika..

Kyno : Hi Kayna, ini Kyno.

Kyno??? Banyak pertanyaan yang menikamku sekarang. Dapat dari mana dia nomerku, buat apa dia ngechat aku, ngapain?

Kayna : Ini Kyno?

Kyno : Iya.

Kayna : Ada apa?

Kyno : Knp gak masuk? Katanya mau balikin buku fisika gue.

Kayna : Oh iya.. sorry, gue sakit.

Kok dia gak jawab lagi ya... Belum lama setelah itu HP ku berbunyi lagi. Kali ini dia menelfonku.

" Kay, bukain pintu kamar dong?"

Hah?! Jantung ku berdegup kencang. Masa iya dia di rumah gue.

" Ok, bentar." Akhirnya aku memberanikan untuk membukakan pintu. Sangat sulit rasanya untuk berdiri. Tubuhku terlalu lemas. Setelah ku buka pintu kamarku benar saja aku mendapatkannya yang sedang berdiri membawakan bungkusan yang aku tidak tahu isinya.

" Lo ngapain disini?" Tanyaku heran.

" Gue mau ngambil buku fisika sama jaket gue. Sekalian bawain ini nih makanan sama obat buat lo." Jawabnya sambil menunjukan plastik yang membungkusi makanan tersebut. Aku merasa sangat pusing. Bahkan aku melihat Kyno menjadi dua.

BRUK!!!

Tubuh kecilku jatuh ke dadanya. Dia dengan gesit menangkapku. Sekarang tak ada lagi jarak yang menghalangi kita. Dia berusaha menggendongku tapi aku memberontak. Dan tentu saja dia yang menang. Dia menggendongku ke kasur dan menyelimutiku. Aku masih bertanya tanya, apakah ini mimpi?

" Lo pasti belum makan kan?" Tanyanya. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan yang berarti benar. Lalu dia membuka bungkus makanan tersebut dan mulai menyuapiku dengan sendok yang dia ambil di dapur rumahku.

" Nih makan, nanti gak akan sembuh kalau lo gak mau makan." Dia menyuapiku dengan sabar. Sementara aku masih merasa tak percaya. Benarkah ini yang di juliki ' sang raja es'.

Sesudah selesai makan dia memberikanku obat. Aku merasa sangat nyaman ada di dekatnya. Dia berpamitan untuk pulang. walaupun aku sebenarnya tidak mau dia pulang.

" Kay, gue mau pulang dulu. Udah malem." Katanya.

" Ohh, iya. Ngomong ngomong makasih yah." Ucapku sambil tersenyum

" Iya." Jawabnya. Dia merapihkan barang barangnya. Baru saja dua langkah aku menghentikannya. Aku genggam tangannya erat.

" Tunggu dulu. Gue mau ngomong" Ucapku.

" Kenapa?" Tanya Kyno penasaran.

" Gue... gue suka sama lo Kyn.. Gue sayang sama lo." Jawabku lemas. Jantungku mulai berdegup kencang.

" Gue juga sayang sama lo, Kay.." Jawabnnya membuat jantungku tak terkontrol.

" Gue pengen kita lebih dari ini." Ucapku dengan pelan.

1 detik

2 detik

3 detik

Sampai lima detik tak ada jawaban dari dia. Namun setelah itu dia berkata.

" Yaudah kita pacaran aja." Jawabnya datar.

***

Butiran Es dan Percikan ApiWhere stories live. Discover now