Semula

42 1 0
                                    

Sumpah gue gak pernah nyangka bakal kaya gini. Kemaren dia dateng ke rumah gue demi gue ya..

Malam itu tak bisa kulupakan. Bahkan aku masih bertanya-tanya, apakah itu mimpi?

Sekarang aku tak perlu melihatnya lagi dari kejauhan. Aku juga tak perlu lagi pura-pura tidak mencintainya. Karena, aku adalah miliknya. Entahlah perasaan senang, sedih, bingung,takut yang aku rasakan sekarang. Perasaanku sekarang sangat bercampur aduk.

Hari ini kondisiku telah membaik. Sepertinya lebih baik aku sekolah. Aku takut tidak bisa mengukitu pelajaran nantinya.Hariku berjalan seperti biasa. Tapi kali ini hatiku yang kosong telah terisi.

Lagi-lagi hanya kicauan burung dan angin yang setia menemaniku. Sekolah tidak jauh lagi. Sudah terlihat dari pandanganku walaupun agak buram. Tiba tiba ada orang di belakangku yang menabrak bahku dan mendahuluiku dengan santai. Semerbak wangi itu tercium lagi di hidungku. Aku yakin itu dia. Tapi mengapa dia kembali dingin. Bukannya semalam dia sehangat api. Ahh, mungkin saja dia tidak melihatku.

***

" Ren! " Sahutku dari samping.

" Apa? " Tanyanya.

" Gue jadian sama...Kyno." ucapku pelan.

" Hah?! Lo ja..." Belum sempat dia melanjutkan omongannya aku langsung mencubitnya.

" Jangan kenceng-kenceng ngomongnya." Tegasku.

" Lo jadian?" Bisiknya. Akupun mengangguk. Mukanya yang datar berubah jadi kegirangan. Entahlah aku yang mengalami tapi dia yang girang.

" Tapi yang gue bingung kemaren dia tuh perhatian banget. Eh, tadi pas gue ketemu dia gue ngerasa gak di anggep gitu." Ucapku heran.

" Mungkin dia gak ngeliat lo kali." Jawab Laurent meyakinkan.

" Hmm, iya kali ya."
" Cie yang udah gak jomblo lagi."

" Apaan sih!"

***

Pengen deh rasanya ngerasain pacaran beneran. Pengen deh deket sama dia. Tapi, kok dia gak pernah usaha ya... Mungkin emang aku yang harus memulai.

Aku berjalan menuju kelasnnya. Sesampainya di depan kelas, mataku menyapu seluruh penjuru kelas. Tak lama ku temukan sudah.

" Kyno!" Sahutku dengan kencang. Balasan yang aku dapatkan hanyalah salah satu alisnya yang terangkat. Hatiku terasa tersayat sedikit.

" Kantin yuk!" Ucapku dengan riang. Lalu dia mengangguk kecil dan menghampiriku. Di sepanjang perjalanan hanya kesunyian yang setia menemani. Dia sibuk dengan novelnya dan aku hanya berdiam diri membisu. Sesampainya di kantin aku dan dia duduk di kursi sedikit di pojok. Aku tahu dia senang kesunyian.

" Lo mau makan apa?" Tanyaku memecah keheningan.

" Gue bisa mesen sendiri lo duluan aja." Ucapnya datar. Dia tidak sedikit pun melihat ke arahku, selalu saja fokus ke novelnya.

" Ok gue duluan." Aku pun pergi meninggalkannya dengan novelnya. Saat aku balik ke meja aku melihatnya telah menyantap bakso favoritnya. Aku bingung harus memulai pembicaraan apa dengannya. Sepanjang waktu istirahat hanya di habiskan dengan aku, dia, dan keheningan. Jujur aku benci dengan situasi ini.

***

Sudah 1 minggu aku dan dia bersama. Namun, tetap saja aku yang selalu berjuang. Sakit, namun aku bisa apa? Menurutku itu yang terbaik. Sesakit apapun, aku akan melakukannya. Demi Kyno.

Aneh bukan? Ketika kebanyakan di luar sana perempuan berdiam diri menerima pujaan dan perjuangan pasangannya, aku disini yang terus menurus mengejarnya. Harusnya aku yang menunggu, harusnya yang ku rasakan itu akhir dari kemanisan bukannya kepahitan dari hasil perjuangan sendiri. Aku ingin mendapatkan kemanisan. Namun kapan? Sesulit ini kah percintaan?

"Sakit namun hanya bisa pasrah. Pedih namun hanya bisa teriak dalam bisu. Tersayat namun tak pernah berdarah. Ingin menyerah namun tekat masih lebih tinggi. Kyno aku menyerah!" Teriak gadis yang berada di dalam toilet. Sosok lelaki merasa terpanggil olehnya. Gadis tersebut keluar dari toilet. Tubuhnya kaku. Saat sosok lelaki itu menghadangnya.

" Lo sejak kapan di sini?" Tanya gadis lugu terebut.

" Karena lo udah nyebut-nyebut nama gue,lo berurusan sama gue!" Jawabnya sinis. Lalu lelaki tersebut menariknya paksa. Dia mengajak gadis tersebut ke taman belakang.

" Sorry." Ucap gadis tersebut.

" Lo kenapa?" Tanya lelaki tersebut.

" Gak apa apa kok." Jawabnya gugup.

" Maaf." Ucapnya datar.

" Maaf buat apa?" Tanya gadis lugu itu lagi.

" Karena udah buat lo tersiksa pacaran ama gue, Kay." Jawab lelaki tersebut dengan mata sendunya.

" Gak gitu..." Ucap Kayna beku.

" Perasaan lo sakit?" Tanyanya.

" Hmm.." Dia menunduk. Dia tidak bisa menjawabnya.

" Sakit ya berjuang sendiri, sakit ya gak di anggep ada, sakit ya yang harusnya nunggu malah yang ngejar. Maaf udah buat lo kaya gitu." Ucap lelaki tersebut. Gadis itu hanya bisa menunduk.

" Gue janji gak gitu lagi." Tambahnya.

***


Butiran Es dan Percikan ApiWhere stories live. Discover now